Bunda Maria Ada Di Agama Apa
Apa kata Alkitab mengenai bunda Maria?
Tidak terasa saat ini kita sudah memasuki bulan Oktober 2014 yang merupakan bulan Maria. Kita semua giat berdoa Rosario baik di lingkungan maupun di komunitas rohani lainnya. Lantas apa dan bagaimana keteladanan Bunda Maria ? Hal ini merupakan tema dalam pertemuan Persekutuan Doa Pembaharuan Karismatik Katolik ( PDPKK ).
Pertemuan PD PKK St. Albertus Agung pada hari Senin tanggal 6 September 2014 ini di Aula Gereja dengan pembicara Bapak Haryanto dari Shekinah membahas tentang keteladan Bunda Maria. Sekitar 50 peserta PD PKK ini menyimak dengan serius apa yang dijelaskan oleh pembicara tentang keteladanan Bunda Maria ini.
Keteladan Bunda Maria sungguh banyak sekali namun antara lain adalah sebagai berikut :
Dalam kesempatan ini Bapak Haryanto berkenan mendoakan secara khusus kepada para peserta yang terbeban dengan segala persolan di dalam kehidupan ini. Beberapa peserta satu persatu maju dan didoakan secara khusus. Sebuah kesempatan yang sangat bagus.
Persekutuan Doa ini diselengggarakan rutin setiap Senin jam 19.30 WIB di Aula Gereja St. Albertus Agung dan terbuka buat umat yang rindu untuk mendengarkan firman dan menyembah Tuhan. Bagi kaum muda tersedia PD OMPKK Lumen Dei yang diselenggara ditempat dan waktu yang sama setiap Hari Jumat kecuali Jumat pertama. Sedangkan untuk anak – anak tersedia PD Kids Nicolaus yang diselenggarakan setiap hari Rabu sore jam 18.30 WIB di Tisano Studio Harapan Indah BB No. 10 Kota Harapan Indah.
Di Stasi Harapan Indah ada beberapa kelompok kategorial dan PD PKK ini hanya salah satu bagian dari kelompok kategorial di Stasi Harapan Indah. Salah satu perintah Tuhan kepada kita adalah berkomunitas. Mari kita berkomunitas dan silahkan bebas memilih dari beberapa komunitas yang ada di Gereja kita.
Kota Lourdes adalah sebuah tempat suci yang terletak di pegunungan Pyrenees, Perancis, tempat berziarah umat Katolik dari seluruh penjuru dunia. Setiap tahunnya, lima hingga enam juta orang dari berbagai bangsa dan negara datang berwisata, berziarah, dan berdoa di sana. Penampakan Bunda Maria di Lourdes adalah pengalaman spiritual yang tak terlupakan khususnya bagi umat Katholik dari seluruh penjuru dunia.
Dikatakan pada Februari 1858 Perawan Maria Terberkati metampakkan diri kepada anak kecil 14-tahun bernama Bernadette Soubirous (sekarang St. Bernadette) di Grotto of Massabielle terpencil. Bernadette Soubirous memasuki biara Nevers pada 1866 dan dikanonisasi pada 1933.
Penampakan Bunda Maria di Lourdes pertama kali terjadi tanggal 11 Februari 1958. Dan berikutnya adalah 17 kali penampakan lain sepanjang tahun itu pula. Yang terakhir, Bunda Maria menampakkan diri tanggal 16 Juli 1858. Tepat tahun 2008, Gereja Semesta merayakan hari jadi 150 Tahun peristiwa rohani ini di Lourdes.
Enam Juta Peziarah Lourdes adalah fenomena global. Mengapa? Dalam setahun, tempat bersejarah ini dikunjungi peziarah tak kurang berjumlah enam juta orang.
Dari kisaran jumlah itu, 400-an ribu di antaranya adalah kaum muda. Pada perayaan Pesta 150 Tahun Penampakan di Lourdes tahun 2008 lalu, tak kurang tujuh juta peziarah dari seluruh dunia telah menyesaki jalanan menuju Lourdes. Panitia lokal bahkan sudah menyiapkan tak kurang 12 ribu sukarelawan untuk “mengurus” turis rohani di tempat bersejarah ini.
Persiapan pemerintah Lourdes juga tak kalah seriusnya. Beberapa project konstruksi telah dilakukan. Di antaranya yang spektakuler adalah direnovasinya façade (tampilan bagian muka) Basilika Rosario dengan pemasangan mozaik baru yang menghadirkan “Peristiwa Cahaya”. Project ini dibuat sebagai bentuk penghormatan atas karya pastoral mendiang Paus Yohanes Paulus II.
Melalui surat apostolik Rosarioum Virginis Mariae yang dikeluarkan 16 Oktober 2002, Paus Yohanes Paulus II membeberkan refleksinya yang mendalam mengenai peristiwa hidup Yesus dari pembaptisan sampai ‘warisan rohani’ teragung: Ekaristi.
Sepanjang hidupnya, mendiang Paus Yohanes Paulus II sendiri telah menyempatkan diri terbang dari Roma menuju Lourdes untuk berziarah dan berdoa di Gua Penampakan (massabielle) sebanyak dua kali: tahun 1983, tak lama setelah menerima mandat kepemimpinan Tahta Suci dan berikutnya tahun 2004.
Semua peziarah, termasuk Bapa Suci, diundang pada acara jubileum 150 Tahun Penampakan di Lourdes. Mereka diundang untuk mengalami sesuatu yang sangat positif sebagai bagian dari gereja universal dan sebagai “pribadi” selama kurun waktu perayaan ini.
Foto Grotto Massabiele pada jaman St. Bernadette
Di antaranya, para peziarah diajak melewat “jejak langkah” kaki Bernadette, mulai dari gereja paroki dimana orang kudus dari Lourdes ini dibabtis. Kemudian, diajak menyusuri lorong-lorong jalan menuju Cachot—bangunan rumah bekas penjara yang menjadi tempat tinggal keluarga Bernadette. Selanjutnya, kita diajak masuk kompleks Lourdes melalui pintu gerbang St. Michel, menyusuri explanade Lapangan Rosario dan berjalan melewati salah satu dari tujuh lengkungan menuju ke Gua Penampakan.
Setiap peziarah diajak mengalami sebuah perjalanan yang mendalam menuju pada hidup yang baru. Dengan demikian, perjalanan ziarah ini mempunyai arti merombak kebiasaan-kebiasaan hidup buruk yang lampau dan memeluk kebiasaan-kebiasaan hidup baik yang baru yang kini populer disebut habitus baru.
Barangkali tak banyak orang sadar, di antara 18 kali penampakkan itu ada hal-hal istimewa yang sejak lama telah luput dari perhatian kita. Catatan penting di bawah ini semoga bisa “menguak” harta rohani yang belum pernah kita dengar atau baca.
Bersama dengan kakak perempuannya dan seorang teman, Bernadette pergi ke Massabielle di tepi Sungai Gave untuk mengumpulkan duri dan kayu kering. Ketika sementara melepas kaus kakinya untuk menyeberangi sungai, dia mendengar suara seperti hembusan angin, dan dia pun mengangkat kepalanya ke arah Grotto (gua): “Saya melihat seorang wanita berpakaian putih, dia mengenakan gaun putih, kerudung putih senada, ikat pinggang biru dan sebuah mawar kuning pada setiap kakinya.” Bernadette membuat Tanda Salib dan mendaraskan Rosario dengan wanita itu. Ketika doa berakhir, sang wanita tiba-tiba lenyap.
Bernadette merasakan sebuah dorongan dari dalam yang menariknya ke Grotto meskipun dia telah dilarang pergi ke sana oleh orang tuanya. Karena desakannya, ibunya akhirnya mengijinkannya; setelah peristiwa pertama Rosario, dia melihat wanita yang sama muncul. Dia memercikkan air suci padanya. Wanita itu tersenyum dan menundukkan kepalanya. Ketika Rosario berakhir, dia pun kembali menghilang.
Untuk pertama kalinya, sang wanita berbicara. Bernadette mengulurkan pena dan kertas sambil memintanya untuk menuliskan namanya. Dia menjawab, “Tidak perlu,” dan menambahkan: “Aku tidak berjanji untuk membuatmu bahagia di dunia ini tetapi di [dunia] lain. Apakah engkau cukup berbaik hati untuk datang kemari selama dua minggu?”
Bernadette datang ke Grotto dengan lilin menyala yang sudah diberkati. Tindakannya ini menjadi asal-mula dari tradisi membawa lilin dan menyalakannya di depan Grotto.
Sang wanita mengajarkannya sebuah doa pribadi. Pada akhir penampakan, Bernadette dikuasai oleh suatu kesedihan yang hebat.
Sang wanita menampakkan diri kepada Bernadette sangat awal di pagi hari. Sekitar 100 orang hadir. Setelah penampakan itu, Komisaris Polisi, Jacomet, menanyainya. Dia ingin Bernadette menceritakan apa yang dilihatnya. Bernadette hanya mengatakan “AQUÉRO” (yang berarti “orang itu” dalam dialek lokal)
Dikelilingi oleh 150 orang, Bernadette tiba di Grotto. Penampakan kali ini menyingkapkan sebuah rahasia kepadanya “hanya untuk dirinya sendiri”.
Pesan dari sang wanita : “Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah! Berdoalah kepada Allah untuk para pendosa. Ciumlah tanah ini sebagai tindakan pertobatan untuk para pendosa!“
Tiga ratus orang hadir. Bernadette memaparkan, “Dia menyuruhku untuk pergi, minum dari mata air itu (….) Aku hanya menemukan sedikit air berlumpur. Pada upaya keempat, akhirnya aku bisa meminumnya. Dia juga mendorongku untuk makan dedaunan pahit yang ditemukan di dekat mata air itu, dan penampakan itu kemudian beranjak dan pergi menjauh.” Di depan kerumunan orang itu yang bertanya, “Apakah engkau berpikir bahwa dia gila karena melakukan hal-hal seperti itu?“, dia menjawab, “Ini untuk para pendosa.”
Delapan ratus orang hadir. Penampakan kali ini sunyi. Bernadette minum air dari mata air tersebut dan melakukan tindakan tobat yang biasa dia lakukan
Lebih dari 1000 orang hadir pada saat kegembiraan yang luar biasa. Bernadette berdoa, mencium tanah dan berjalan dengan lutut sebagai tanda pertobatan. Dia kemudian dibawa ke rumah Hakim Ribes yang mengancam akan memasukkannya ke dalam penjara.
Lebih dari 1500 orang berkumpul dan di antara mereka, untuk pertama kalinya, terdapat seorang imam. Pada malam hari, Catherine Latapie, seorang teman dari Lourdes, pergi ke Grotto, dia mencelupkan lengannya yang terkilir ke dalam air dari mata air tersebut: lengan dan tangannya pulih seperti sediakala.
Kerumunan orang itu membesar dan membesar. Sang wanita bertanya kepadanya: “Pergilah, katakan kepada sang imam untuk datang ke sini dalam prosesi dan untuk membangun sebuah kapel di sini.“ Bernadette menyampaikan hal ini kepada Rm. Peyramale, Pastor Paroki Lourdes. Dia hanya ingin tahu satu hal: nama sang wanita. Dia menuntut suatu tanda lain: melihat semak mawar liar di Grotto berbunga di tengah musim dingin.
Dari jam 7 pagi, di hadapan 3000 orang, Bernadette tiba di Grotto, tetapi penampakan itu tidak muncul! Usai sekolah, dia mendengar panggilan dari dalam dirinya dari sang wanita. Dia pergi ke Grotto dan bertanya lagi mengenai namanya. Responnya berupa sebuah senyum. Pastor Paroki mengatakan lagi kepada Bernadette: “Jika sang wanita sungguh menginginkan sebuah kapel dibangun, maka dia harus memberitahukan kita namanya dan membuat semak mawar di Grotto mekar.“
Kerumunan orang yang selalu membesar (sekitar 8000 orang) menunggu sebuah keajaiban pada akhir dari dua minggu itu. Penampakan kali ini sunyi. Rm. Peyramale terpaku pada posisinya. Selama 20 hari, Bernadette tidak pergi ke Grotto, dia tidak lagi merasakan panggilan yang tak tertahankan.
Penampakan Bunda Maria di Lourdes kali ini akhirnya mengungkapkan nama sang wanita, tetapi semak mawar liar, di mana dia berdiri selama Penampakan, tidak mekar. Bernadette menceritakan, “Dia mengangkat matanya ke Surga, mengatupkan kedua tangannya seperti jika dalam doa, yang terulur dan mengarah ke tanah dan berkata kepadaku: Que soy era Immaculada Concepciou (Akulah yang Dikandung Tanpa Noda).” Sang visioner muda ini beranjak dan, sambil berlari sepanjang jalan, mengulangi terus kata-kata yang dia tidak mengerti itu. Kata-kata ini mengganggu Pastor Paroki yang berani itu. Bernadette tidak mengetahui fakta bahwa pernyataan teologis itu ditujukan kepada Santa Perawan. Empat tahun sebelumnya, pada tahun 1854, Paus Pius IX menyatakan hal ini sebagai sebuah kebenaran Iman Katolik (sebuah dogma).
Selama Penampakan ini, Bernadette harus menjaga lilinnya bernyala. Lidah api menjilat di sepanjang tangannya tanpa membakarnya. Seorang dokter medis, Dr. Douzous, segera bersaksi atas fakta ini.
Bernadette menerima panggilan misterius ke Grotto, tapi jalannya terhalang dan tertutup oleh palang kereta. Karenanya, dia tiba di seberang Grotto ke sisi lain dari Sungai Gave. “Saya merasa bahwa saya berada di depan Grotto, pada jarak yang sama seperti sebelumnya, saya hanya melihat Santa Perawan, dan dia lebih cantik dari sebelumnya!“
Pada umur sebelia itu, pernyataan itu terasa begitu asing bagi telinga Bernadette. Dia sungguh tidak tahu, empat tahun sebelumnya –yakni tahun 1854— melalui Paus Pius IX Gereja baru saja resmi menerbitkan ensiklik dan mengeluarkan ajaran kebenaran iman tentang Maria Yang Dikandung Tanpa Noda.
Ziarah punya makna khusus. Tak asal pergi ke suatu tempat yang dipandang bersejarah. Melainkan –sesuai tradisi katolik—berziarah adalah mendatangi tempat dimana “sesuatu telah pernah terjadi, sesuatu yang tidak biasa ditemukan di situ”.
Sesuatu “yang tidak biasa” itu bisa saja telah terjadi di masa lampau. Tapi siapa tahu, “hal luar biasa” itu juga bisa terulang lagi hari ini dan di kemudian hari. Dan mukijzat-mukjizat di Lourders adalah salah satu contohnya. Dan inilah yang menjadikan Lourdes sebagai fenomena global.
Suasana Peziarahan di sekitar Grotto
Apa yang dicari para peziarah rohani di Lourdes tak lain adalah menemukan dan merasakan kembali “kebenaran” hal-hal yang luar biasa itu. Mereka mendatangi Gua Lourdes –tempat Bunda Maria menampakkan diri kepada Bernadette Soubirous—dengan bekal iman dan harapan. Bukan untuk pelesir atau sekedar ingin “cuci mata”.
Para peziarah rohani datang ke Lourdes, karena ingin berdoa dengan penuh iman kepada Bunda Maria, perantara kita kepada Yesus Kristus. Yang sakit, cacat dan bahkan yang sehat, tua atau muda datang menyesaki Lourdes hampir setiap hari, namun terutama pada masa libur.
Mereka datang dari berbagai belahan dunia, berasal dari beragam strata sosial. Yang menyatukan mereka hanya satu: iman dan harapan bisa menimba kembali semangat rahmat kasih Tuhan. Rasa kebersamaan muncul, ketika bertemu sesama umat Gereja Universal demi sebuah “doa” yang sama. Meskipun lelah dan jauh dari tempat tinggal mereka, namun sepulang mereka dari Lourdes, mereka kembali ke rumah dengan penuh cahaya dan niat untuk tidak hanya menjadi pendengar firman, melainkan menjadi pelaku firman yang hidup. Penampakan Bunda Maria di Lourdes. End.
Terjadi kesalahan. Tunggu sebentar dan coba lagi.
Teladan Nyata Bunda Maria
Ternyata benar, hati yang tenang menghasilkan proses kelahiran yang berjalan lancar tanpa kesulitan.
Tidak banyak tulisan tentang Bunda Maria yang dapat kutemui di Alkitab, namun ajaran Gereja Katolik tentangnya telah berhasil membuatku mengagumi dan menaruhnya di tempat istimewa dalam hati.
Teladannya paling terasa nyata saat aku memulai babak baru dalam hidup sebagai seorang istri dan ibu. Sesaat setelah menikah, suami membawaku pindah ke kota lain dan berdua kami memulai hidup baru dengan sederhana, meninggalkan segala fasilitas orangtua yang selama ini dengan mudah kunikmati.
Kala itu, cerita kesederhanaan Bunda Maria sebagai seorang istri dari seorang tukang kayu menjadi teladan. Sikapnya yang selalu digambarkan tenang dan tulus menjalani hari-hari berhasil membuatku cepat beradaptasi dan menikmati suasana baru.
Perjalanan keteladanan Bunda Maria di dalam hidupku semakin nyata saat aku hamil. Terus terngiang-ngiang kisah bagaimana Bunda Maria amat bergembira menerima kabar kehamilannya, bahkan menganggap kabar itu sebagai sebuah sukacita besar meski ia belum bersuami. Mual, muntah, badan pegal-pegal dan beban berat di perut yang membuatku cukup sulit beraktivitas seperti biasa, jadi terasa ringan karena aku mengadopsi sukacita Bunda Maria atas kehamilan. Apalagi bila kusadari bahwa kehamilan adalah sungguh sebuah anugerah, mengingat banyaknya pasutri yang belum dikaruniai keturunan.
Aku berhasil melalui masa-masa kehamilan dengan sangat baik dan menyenangkan tanpa satupun cerita buruk. Rasanya pujian Bunda Maria yang sering kudengar, "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya" (Lukas 1:46) juga mulai menjadi pujianku kepada Tuhan.
Saat menjelang kelahiran pun tiba. Saat itu, orangtua dan mertua atau sanak saudara lain tak ada yang bisa mendampingi. Hanya aku, suami dan para medis saja yang mempersiapkan kelahiran. Rasa takut dan khawatir sempat hadir karena ini adalah pengalaman pertamaku. Namun lagi-lagi kisah Bunda Maria menjadi penyemangat yang dapat menenangkan. Aku teringat bahwa Bunda Maria secara tiba-tiba harus melahirkan di sebuah kandang hewan, tanpa bantuan para medis. Kisah itu berhasil menyemangatiku. Aku yang melahirkan di ruang bersalin sebuah rumah sakit yang bersih, didampingi oleh para medis berpengelaman, sudah selayaknya bisa tenang tanpa keraguan apapun.
Tiba-tiba rasanya Malaikat Gabriel juga datang kepadaku dan berkata, "Jangan takut, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah" (Lukas 1:30). Dan ternyata benar, hati yang tenang menghasilkan proses kelahiran yang berjalan lancar tanpa kesulitan.
Ternyata perjuangan belum berakhir. Beberapa saat setelah kelahiran suasana mencekam datang. Aku mengalami pendarahan dan bayiku tak sadarkan diri karena paru-parunya terinfeksi air ketuban. Dua minggu kami menjalani perawatan, setiap saat ucapan Bunda Maria "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Lukas 1:38) menjadi doa dan sumber kekuatanku.
Setelah kegentingan itu berlalu, aku memilih menjalani peran sebagai menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya yang memberikan hampir 100% perhatianku pada suami, anak dan kebutuhan rumah. Keputusan ini kuambil sebagai ungkapan syukur atas karunia besar yang Tuhan berikan kepadaku, sebagai sebuah persembahan hidup sebagaimana apa yang sudah Bunda Maria contohkan. Teladan ini kudapat dari Bunda Maria yang dalam beberapa cerita yang kubaca selalu setia dan tulus melayani Santo Yosef, Yesus dan bahkan para murid Yesus. Pun setiap kali aku merasa lelah, Bunda Maria menjadi tempat mengadu sekaligus menimba kekuatan baru.
Ya, sosok Bunda Maria sungguh nyata hadir menemani keseharianku sebagai seorang istri dan ibu.
Penulis: Reta Alacoque (retagalih.phe)
Bunda Maria. Semua umat Katolik pastinya mengenal dan mengimani sosok Bunda Maria karena ia adalah ibu dari Sang Juruselamat yang diutus ke dunia. Bunda Maria mulai ikut turut ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah ketika ia diserahkan tugas oleh Allah melalui Malaikat Gabriel yang menyampaikan kabar kepada Bunda Maria bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Sang Juruselamat yang harus ia beri nama Yesus.
Sikap keteladanan Bunda Maria sama seperti Pesawat yang berusaha untuk tetap bertahan walaupun banyak rintangan di udara seperti angin kencang, hujan badai, dan sebagainya agar bisa mengantar penumpang ke tempat tujuan dengan selamat. Bunda Maria juga tetap teguh dan berserah diri kepada Allah atas segala gejolak yang ia alami dalam hidupnya dan menyimpan serta merenungkan semua permasalahan dalam hatinya karena ia tidak mau orang lain merasakan penderitaan yang ia rasakan. Bunda Maria berusaha memikul semua bebannya sendiri dengan tetap teguh dan tabah dalam melalui semua penderitaan yang ia rasakan, terutama saat ia mengikhlaskan Putranya untuk disalibkan demi menebus dan menghapuskan segala dosa umat manusia. Walaupun hatinya teriris karena melihat penderitaan yang dialami oleh Putranya dalam jalan salib menuju Golgota, tetapi ia tetap tegar dan berusaha bangun untuk menghantar dan menemani Putranya untuk menunaikan tugas-Nya sebagai Sang Juruselamat hingga Ia wafat, bangkit, dan diangkat ke Sorga. Seluruh hidup Bunda Maria diabdikan untuk mewujudkan karya penyelamatan Allah dan ia selalu berserah diri kepada kehendak Tuhan dengan berkata: "Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu".
Keistimewaan Bunda Maria yang saya teladani dalam hidup melalui karya keselamatan Allah adalah sikap ketaatan dan keteguhan terhadap tugas yang diberikan Allah walaupun banyak sekali cobaan dan gejolak yang ia hadapi dalam hidupnya dan selalu berusaha untuk menyimpan segala permasalahan yang ada di dalam hatinya.
Terkadang saya malah mengeluh dalam melaksanakan suatu tugas atau saat menghadapi permasalahan yang tidak bisa saya lewati terutama dalam menjalani hidup panggilan saya untuk menjadi seorang imam. Untuk menjadi seorang imam tidaklah mudah karena harus melewati proses yang cukup panjang terdiri dari masa formatio, masa studi, dan masa pastoral yang dimaksudkan untuk melatih para formandi agar bisa mengolah diri dan berkembang menjadi pribadi yang baik dalam segi rohani, intelektual, dan sosial pelayanan sehingga bisa menghasilkan para calon imam yang berkualitas dan bermutu. Terkadang saya terombang-ambing di dalam gejolak dan pergulatan yang saya alami dalam hidup sehingga saya sering ragu-ragu dalam melangkah dan mengambil keputusan karena takut akan mengambil keputusan yang salah. Seharusnya saya bisa mengambil keputusan dan terus melangkah maju walaupun banyak pergulatan dan gejolak yang saya hadapi karena semuanya itu diberikan oleh Tuhan untuk menguatkan dan meneguhkan iman saya kepada-Nya. Saya harus bisa berserah diri seluruhnya kepada Tuhan sama seperti yang dilakukan oleh Bunda Maria dalam melaksanakan tugas yang diberikan Allah kepada-Nya sebab semua yang saya hadapi dan alami telah diatur sedemikian rupa oleh Tuhan untuk mencapai suatu tujuan yang ingin Ia capai. Saya harus tetap teguh dan yakin bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya yang senantiasa berseru dan berserah diri kepada-Nya. Saya juga harus tetap berusaha untuk bangun kembali bila saya terjatuh sama seperti Bunda Maria yang selalu bangkit dan bangun kembali saat menghadapi suatu permasalahan agar saya bisa terus melangkah maju untuk menjalani hidup panggilan saya dengan baik dan lancar dengan penuh sukacita dan kegembiraan sehingga saya bisa mencapai cita-cita yang ingin saya gapai yaitu untuk menjadi seorang imam.
Ya Bunda Maria, doakanlah saya kepada Putra-Mu agar saya bisa mengarungi samudera hidup ini dengan penuh sukacita dan kegembiraan karena saya yakin dan percaya bahwa engkau dan Putramu selalu mengiringi dan melindungi langkah kaki saya dalam menjalani segala lika-liku kehidupan yang saya miliki untuk mencapai cita-cita yang ingin saya gapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya